Kamis, 01 Juni 2017

Analisis diri menurut teori Alfred Adler






Berjuang meraih keberhasilan atau superioritas.
Prinsip pertama adler dari teori adlerian adalah kekuatan dinamis dibalik perilaku  manusia adlah untuk meraih keberhasilan atau superioritas. Melihat pada diri saya bahwa saya mudah termotivasi oleh lingkungan atau seseorang yang membawa pengaruh. Sejak SMA saya sudah mulai berfikir pada pencapaian masa masa di bangku SMA dan untuk mekanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaiu dunia perkuliahan. Saya mencatat segala impian atau prioritas tujuan di waktu itu dalam lembar catatan kertas kecil pengingat. Kertas pengingat sebagai bentuk motivasi kecil dalam meraih tujuan saya. Selain itu,  karena saya merupakan anak pertama dari dua bersaudara, maka sebagai anak pertama, saya merasa bahwa diri saya adalah orang yang pertama menjadi patokan keluarga dalam meneruskan regenerasi yang ada di keluarga saya. Anak pertama merupakan orang yang pertama dilihat dan diharapkan kesuksesannya dalam membenuk kembali regenerasi keluarga.  Sehingga sebgai anak pertama saya termotivasi untuk bersungguh-sungguh meraih keberhasilan atau superioritas yang saya miliki.
Bedasarkan teori adler bahwa  kepribadian seseorang mempunyai prinsip yaitu kekuatan dinamis di balik perilaku manusia adalah berjuang untuk meraih keberhasilan atau superioritas. Adler mereduksi semua motivasi menjadi satu dorongan tunggal- berjuang untuk meraih keberhasilan atau sperioritas. Dari contoh kasus terlihat bahwa dalam keluarga terjadi persaingan antar saudara secara langsung maupun tak langsung untuk menunjukan dominasi pengaruh siapa yang paling berkuasa dan berpengaruh. Saya melakukan hal apapun untuk berada satu langkah lebih maju dari mereka.
Saya menyadari bahwa diri saya mempunyai sifat pemalu, pendiam dan sulit untuk berbicara di depan muka. Saya menganggap sifat tersebut merupakan sifat yang menjadi hal inferioritas atau kelememahan sya dalam meraih cita-cita. Namun, saya dapat merasakan perubahan di masa SMA ketika mengikuti organisasi organisasi di dalamnya. Dalam hal ini saya merasa bahwa dengan mengikuti suau organisasi memungkinkan bahwa diri saya bisa menjadi lebih terbuka di muka umum, percaya diri, sedikit demi sedikt menghilangi sifat pemalu yang sya miliki karena dlam organisasi sendiri kita lebih dituntut untuk mengeluarkan pendapat, ketika kita berani mencoba menjadi ketua maka kita dituntut juga berani berbicara ketika memimpin rapat atau berbicara di depan umum. Itulah salah satu bentuk kompensasi yang saya lakukan agar dapat terwujud superioritas yang saya miliki dan dapat meraih keberhasilan di masa mendatang. 
Adler berpendapat bahwa perasaan rendah diri (inferiority) bukan merupakan hal yang abnormal. Dibawah keadaan normal, perasaan rendah diri dapat merupakan kekuatan penggerak yang sangat besar. Dengan kata lain jika manusia ditekan oleh keinginan untuk mengatasi rendah diri dengan keinginan menjadi superior. Usaha tersebut dapat dikatakan kompensasi. Jika seseorang mengalami gejala gangguan psikis rasa rendah diri, ia akan mengalami kompleks rendah diri yang kemudian akan menimbulkan over kompensasi sehingga dapat diatasi dengan kompleks superior.

Persepsi Subjektif
Prinsip adler yang kedua yakni persepsi subjektif seseorang membentuk perilaku dan kepribadian seseorang. Saya memiliki suatu impian dan harapan di masa depan yakni salah satunya mendirikan sebuah yayasan pendidikan dimasa mendatang. Walau harapan tersebut merupakan hanya sekedar persepsi subjektik yang sifatnya fiksi belum terjadi pada kenyataan diwaktu sekarang, namun hal itu membuat tujuan suerioritas yang akan sayaraih menjadi kokoh dan kuat kembali. Hal ini membuat semangat saya semakin tinggi, kepercayaan serta optimism meliputi perjalanan dalam mencapai keberhasilan. Sehingga dikaitkan denga teori Alfred adler bahwa Prinsip Adler yang kedua adalah persepsi subjektif seseorang membentuk perilaku keperibadian mereka. Manusia berjuang meraih keunggulan atau keberhasilan untuk mengganti perasaan inferior. Akan tetapi, sikap juang mereka ditentukan oleh kenyataan, namun oleh persepsi subjektif mereka akan kenyataan, yaitu oleh fiksi mereka, atau harapan masa depan.

Kesatuan dan Sel-Consistency dari kepribadian
Prinsip ketiga adlerian adalah kepribadian itu menyatu dan self-consistent. Sejak kecil saya merasa bahwa memang diri saya memiliki suatu keunikan yang mungkin tidak dapat dimiliki semua orang disebut denga orang kidal yakni melakukan segala aktivitas menggunakan tangan kiri kecuali makan. Memang kebiasaan untuk meraih tujuan sudah saya lakukan namun terkadang mengalami suatu kejenuhan. Konsistensi dalan melakukan suatu hal untuk meraih tujuan adalah hal yang sangat penting. Adler berkeyakinan bahwa setiap orang itu unik dan tak terpisahkan, pikiran yang tidak konsisten itu tidak ada. Pikiran, perasaan, dan tindakan semuanya mengarah pada satu sasaran dan berfungsi untuk mencapai satu tujuan.

Minat Sosial
Prinsip adler yang keempat adalah nilai dari semua aktivitas harus dilihat dari sudut pandang minat social. Terkadang saya memiliki siafat egois yang tinggi tanpa memperhatikan kehidupan kan kelompok manusia disekitar seperti ketika saya di Aliyah dulu terkadang ketika saya sudah paham mengenai pelajaran yang telah diterangkan oleh guru. Kemudian ada salah satu temanku yang saya anggap menjadi rival di kelasku tidak masuk kelas dan ia minta diajarin mengenai pelajaran itu, terkadang egoistis tinggi muncul pada diri  saya dan tak mau mengajarinya karena takut rival sekelasku dapat menyaingiku kelak. Padahal hal itulah yang dapat menhambat dalam meraih superioritas kita di masa mendatang.  Adler berpendapat bahwa minat sosial bisa didefinisikan sebagai sikap ketertarikan dengan umat manusia secara umum maupun sebagai empati untuk  setiap anggota masyarakat. Minat social ini termanifestasi dalam bentuk kerja sama dengan orang lain untuk kemajuan sosial daripada keuntungan pribadi.

Gaya hidup
Prinsip adler yang kelima yakni srukur kepribadian yang self konsisten berkembang menjadi gaya hidup seseorang. Saya mengakui juga terkadang kehidupanku suka menghambur-hamburkan uang atau boros . namun, aku berfikir bahwa hal itu merupakan hal yang tidak baik. Gaya hidup seperi itu mulai berkurang ketika awal aku masuk perkuliahan dan merasakan bahwa berapa susahnya mencari uang daripada menghabiskannya.  Gaya hidup adalah istilah yang digunakan Adler untuk menunjukkan selera hidup seseorang. Gaya hidup mencakup tujuan seseorang, konsep diri, perasaan terhadap orang lain, dan sikap terhadap dunia. Gaya hidup adalah hasil interaksi antara keturunan atau bawaan lahir, lingkungan, dan daya kereatif yang dimiliki seseorang.

Daya kreatif
Prinsip terakhir adlerian yakni gaya hidup dibentuk dari daya kreatif yang ada pada diri manusia. Kreatifan seseorang merupakan suatu nilai emas dalam kehidupan. Saya menyadari bahwa saya juga memiliki sedikit kekreatifan seperti ketika dalam pramuka dalam tali temali, tak jarang saya menjadi konseptor dalam membentuk pola tongkat tali temali. Selain itu aku juga di Aliyah sering disuruh membuat video video untuk acara besar pondok bahkan membuat dan mengedit video untuk perpisahan kelas tiga Aliyah. Memang daya kreaif merupakan suatu hal yang sangat mahal dalam kehidupan masyarakat. Daya kreatif menurut adler adalah suatu kebebasan untuk menciptakan gaya hidupnnya sendiri  yang pada akhirnya setiap orang bertanggung jawab akan dirinya sendiri dan bagaimana mereka berprilaku.


Teori Konflik Karl Marx dalam Kehidupan









REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Serikat pekerja daging Australia mengemukakan bahwa ada ribuan pekerja Taiwan yang bekerja di rumah jagal Australia yang tidak membayar pajak. Bahkan, mereka dipaksa bekerja dengan bayaran rendah dan didorong untuk tidak membayar pajak. Mereka juga mengaku dilecehkan. Para pekerja muda ini bekerja dengan menggunakan visa working holiday di perusahaan-perusahaan besar Australia, seperti Primo, dan dipekerjakan melalui agen-agen khusus.
Menurut Serikat Pekerja Industri Daging Australasia, mereka diperdaya dan juga menggantikan banyak pekerja-pekerja lokal. Primo menolak tuduhan bahwa pekerja-pekerja asing tersebut disuruh tak membayar pajak. Robert Baker, yang telah bekerja di industri daging selama 20 tahun, berkata Ia mengkhawatirkan keadaan mantan rekan-rekan kerjanya yang berasal dari Taiwan. Ia sempat bekerja selama tiga bulan di  sebuah tempat pemrosesan daging milik Primo di kota Scone, New South Wales, namun berhenti karena alasan keselamatan. Menurut ceritanya, tempat tersebut banyak mempekerjakan orang asing, dan para pekerja asing tersebut dibayar rendah, bahkan diperlakukan tak baik.
Menurut serikat pekerja daging, Primo menggunakan perusahaan khusus untuk mempekerjakan backpacker Asia. Salah satunya adalah Scottwell International, yang merekrut banyak pekerja muda Taiwan melalui berbagai perusahaan perekrutan pekerja. Ian Tam dipekerjakan oleh serikat sebagai petugas penghubung Taiwan. Ia menyamar sebagai orang yang mencari pekerjaan melalui Scottwell. Menurut Tam, para backpacker didorong untuk tidak membayar pajak, dengan cara menggunakan nomor bisnis Australia (ABN).
"Saya [berpura-pura] menjadi backpacker pencari kerja. Saya diberi formulir, diwawancara sebentar dan ditanya 'bisa kerja sekarang?' Mereka akan beri banyak formulir, termasuk formulir ABN. Bila ditanya 'bagaimana dengan nomor pembayar pajak? Mereka bilang 'Tidak usah pikirkan itu - kamu tak harus bayar pajak. Kamu bisa mendapat uang dengan ABN," ceritanya,
"Kalau tidak  menandatanganani dokumen tersebut, anda tak akan mendapat pekerjaan itu."
Direktur Scottwell, Scott Zu Neng Shi, tidak dapat berbicara dengan ABC, dan Primo menolak pernyataan bahwa para pekerjanya didorong agar tak membayar pajak. Selain itu, Primo mengaku tidak mempekerjakan seorang di bawah visa working holiday (417). Sementara itu, lebih dari 75 pekerja tempat pemrosesan daging di Scone telah menandatangani petisi yang menuduh seorang supervisor rumah jagal melakukan pelecehan seksual. Dalam petisi tersebut dinyatakan bahwa "Ia menyentuh bagian tubuh seperti tangan, bahu, pinggang, muka, dan mana saja. Itu membuat kami merasa tak nyaman dan menjijikkan karena Ia supervisor dan agen kami, kami takut mengatakan apapun karena takut kehilangan pekerjaan kami." Menurut Tan, para pekerja mengaku supervisor tersebut melecehkan mereka tiap hari. Primo merilis pernyataan bahwa mereka akan menanggapi secara serius laporan apapun tentang pelecehan.


Bedasarkan teori Marx, maka konflik sosial yang terjadi pada arikel tersebut sesungguhnya merupakan konflik yang berlatar kesenjangan ekonomi, antara kelas yang dianggap berkuasa dan kelas yang terpojokan. Marx membagi kelas dibagi menjadi 2 yaitu :
  1. kelas kapitalis (borjuis) yang memiliki alat-alat produksi.
  2. kelas buruh (proletar) yang tidak memiliki alat-alat produksi, ruang kerja, maupun bahan-bahan produksi.
Dimana Primo sebagai pihak yang memiliki alat-alat produksi (borjuis) dan pemuda Taiwan sebagai pihak yang tidak memiliki alat-alat produksi, ruang kerja, maupun bahan-bahan produksi buruh. Hak-hak kaum buruh dikuasai oleh kaum borjuis sehingga pelecehan seksual bisa terjadi, ini karena bila mereka melawan maka kaum buruh akan kehilangan pekerjaan. Dalam sistem kapitalis, kaum buruh dan pemilik modal memang saling membutuhkan. Buruh hanya dapat bekerja jika pemilik modal membuka tempat kerja. Pemilik modal membutuhkan buruh untuk mengerjakan kegiatan usahanya. Akan tetapi, ketergantungan ini tidak seimbang. Buruh tidak dapat bekerja jika pemilik modal tidak memberikan lapangan pekerjaan, tetapi pemilik modal masih bisa hidup tanpa buruh karena ia bisa menjual pabriknya kepada orang lain.
Dapat dikatakan bahwa kaum buruh adalah kelas yang lemah, sedangkan kaum pemilik modal adalah kelas yang kuat. Pembagian masyarakat dalam kelas atas dan kelas bawah merupakan ciri khas masyarakat kapitalis. Hubungan antarkelas tersebut pada hakikatnya merupakan hubungan eksploitasi.
Teori konflik Marx menerima juga kenyataan terdapatnya saling ketergantungan itu dalam kehidupan sosial, namun secara umum Marx melihat bahwa adanya saling ketergantungan tersebut, sesungguhnya merupakan rekayasa dari mereka yang menguasai sumber-sumber daya agar kemauannya terhadap orang lain diikuti. Karena kendali mereka terhadap berbagai sumber daya itu, mereka yang berada pada suatu posisi dominan mampu memberikan jaminan bahwa tindakan orang lain dipastikan memberikan kontribusinya dalam mempertahankan struktur dimana mereka berkuasa. Singkatnya, yang ada hanyalah faktor-faktor kepentingan dari mereka yang berada pada posisi dominan dan bukan nilai-nilai yang dianut bersama oleh semua anggota sistem tersebut, menjelaskan pola-pola saling ketergantungan yang ada.

SEPOTONG SENJA UNTUK PACARKU by Seno Gumira Adji Darma


Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?
Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di jauhan. Maaf, aku tidak sempat menelitinya satu persatu. Mestinya ada juga lokan, batu yang berwarna-warni, dan bias cahaya cemerlang yang berkeretap pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan.
Kukirimkan sepotong senja ini untukmu Alina, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata.
Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. Aku tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya dalam sejarah kebudayaan manusia Alina.
Untuk apa? Kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia. Lagi pula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita Alina.
Kukirimkan sepotong senja untukmu Alina, bukan kata-kata cinta. Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala.
Alina yang manis, Alina yang sendu, Akan kuceritakan padamu bagaimana aku mendapatkan senja itu untukmu.
Sore itu aku duduk seorang diri di tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu. Memandang bagaimana ruang dan waktu bersekutu, menjelmakan alam itu untuk mataku. Di tepi pantai, di tepi bumi, semesta adalah sapuan warna keemasan dan lautan adalah cairan logam meski buih pada debur ombak yang menghempas itu tetap saja putih seperti kapas dan langit tetap saja ungu dan angin tetap saja lembab dan basah, dan pasir tetap saja hangat ketika kuusapkan kakiku ke dalamnya.
Kemudian tiba-tiba senja dan cahaya gemetar.
Keindahan berkutat melawan waktu dan aku tiba-tiba teringat padamu.
“barangkali senja ini bagus untukmu,” pikirku. Maka kupotong senja itu sebelum terlambat, kukerat pada empat sisi lantas kumasukkan ke dalam saku. Dengan begitu keindahan itu bisa abadi dan aku bisa memberikannya padamu.
Setelah itu aku berjalan pulang dengan perasaan senang. Aku tahu kamu akan menyukainya karena kamu tahu itulah senja yang selalu kamu bayangkan untuk kita. Aku tahu kamu selalu membayangkan hari libur yang panjang, perjalanan yang jauh, dan barangkali sepasang kursi malas pada sepotong senja di sebuah pantai di mana kita akan bercakap-cakap sembari memandang langit sambil berangan-angan sambil bertanya-tanya apakah semua ini memang benar-benar telah terjadi. Kini senja itu bisa kamu bawa ke mana-mana.
Ketika aku meninggalkan pantai itu, kulihat orang-orang datang berbondong-bondong, ternyata mereka menjadi gempar karena senja telah hilang. Kulihat cakrawala itu berlubang sebesar kartu pos.
Alina sayang,
Semua itu telah terjadi dan kejadiannya akan tetap seperti itu. Aku telah sampai ke mobil ketika di antara kerumunan itu kulihat seseorang menunjuk-nunjuk ke arahku.
“Dia yang mengambil senja itu! Saya lihat dia mengambil senja itu!”
Kulihat orang-orang itu melangkah ke arahku. Melihat gelagat itu aku segera masuk mobil dan tancap gas.
“Catat nomernya! Catat nomernya!”
Aku melejit ke jalan raya. Kukebut mobilku tanpa perasaan panik. Aku sudah berniat memberikan senja itu untukmu dan hanya untukmu saja Alina. Tak seorang pun boleh mengambilnya dariku. Cahaya senja yang keemasan itu berbinar-binar di dalam saku. Aku merasa cemas karena meskipun kaca mobilku gelap tapi cahaya senja tentu cukup terang dilihat dari luar. Dan ternyata cahaya senja itu memang menembus segenap cahaya dalam mobilku,sehingga mobilku itu meluncur dengan nyala cemerlang ke aspal maupun ke angkasa.
Dari radio yang kusetel aku tahu, berita tentang hilangnya senja telah tersebar ke mana-mana. Dari televisi dalam mobil bahkan kulihat potretku sudah terpampang. Aduh. Baru hilang satu senja saja sudah paniknya seperti itu. Apa tidak bisa menunggu sampai besok? Bagaimana kalau setiap orang mengambil senja untuk pacarnya masing-masing? Barangkali memang sudah waktunya dibuat senja tiruan yang bisa dijual di toko-toko,dikemas dalam kantong plastik dan dijual di kaki lima. Sudah waktunya senja diproduksi besar-besaran supaya bisa dijual anak-anak pedagang asongan di perempatan jalan.
“Senja! Senja! Cuma seribu tiga!”
Di jalan tol mobilku melaju masuk kota.Aku harus hati-hati karena semua orang mencariku. Sirene mobil polisi meraung-raung di mana-mana. Cahaya kota yang tetap gemilang tanpa senja membuat cahaya keemasan dari dalam mobilku tidak terlalu kentara. Lagi pula di kota, tidak semua orang peduli apakah senja hilang atau tidak. Di kota kehidupan berjalan tanpa waktu, tidak peduli pagi siang sore atau malam. Jadi tidak pernah penting senja itu ada atau hilang. Senja cuma penting untuk turis yang suka memotret matahari terbenam. Boleh jadi hanya demi alasan itulah senja yang kubawa ini dicari-cari polisi.
Sirene polisi mendekat dari belakang. Dengan pengeras suara polisi itu memberi peringatan.
“Pengemudi mobil Porsche abu-abu metalik nomor SG 19658 A, harap berhenti. Ini Polisi. Anda ditahan karena dituduh telah membawa senja. Meskipun tak ada aturan yang melarangnya, tapi berdasarkan…”
Aku tidak sudi mendengarnya lebih lama lagi. Jadi kubilas dia sampai terpental keluar pagar tepi jalan. Kutancap gas dan menyelip-nyelip dengan lincah di jalanan. Dalam waktu singkat kota sudah penuh raungan sirene polisi. Terjadi kejar-kejaran yang seru.Tapi aku lebih tahu seluk-beluk kota, jalanan dengan cahaya yang bernmain warna, gang-gang gelap yang tak pernah tercatat dalam buku alamat, lorong-lorong rahasia yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang di bawah tanah.
Satu mobil terlempar di jalan layang, satu mobil lain tersesat di sebuah kampung, dan satu mobil lagi terguling-guling menabrak truk dan meledak lantas terbakar.Masih ada dua polisi bersepeda motor mengejarku. Ini soal kecil. Mereka tak pernah bisa mendahuluiku, dan setelah kejar-kejaran beberapa lama, mereka kehabisan bensin dan pengendaranya cuma bisa memaki-maki. Kulihat senja dalam saku bajuku. Masih utuh. Angin berdesir. Langit semburat ungu. Debur ombak menghempas ke pantai. Hanya padamulah senja ini kuserahkan Alina.
Tapi Alina, polisi ternyata tidak sekonyol yang kusangka. Di segenap sudut kotak mereka telah siap siaga. Bahkan aku tak bisa membeli makanan untuk mengisi perutku. Bahkan di langit tanpa senja, helikopter mereka menyorotkan lampu di setiap celah gedung bertingkat. Aku tersudut dan akhirnya nyaris tertangkap. Kalau saja tidak ada gorong-gorong yang terbuka.
Mobilku sudah kutinggal ketika memasuki daerah kumuh itu. Aku berlari di antara gudang, rumah tua,tiang serta temali. Terjatuh di atas sampah, merayapi tangga-tangga reyot, sampai seorang gelandangan menuntunku ke suatu tempat yang tak akan pernah kulupakan dalam hidupku.
“Masuklah,” katanya tenang, “disitu kamu aman.
Ia menunjuk gorong-gorong yang terbuka itu. Ada tikus keluar dari sana. Banya bacin dan pesing. Kutengok ke bawah. Kulihat kelelawar bergantungan. Aku ragu-ragu.Namun deru helikopter dengan lampu sorotnya yang mencari-cari itu melenyapkan keraguanku.
“Masuklah, kamu tidak punya pilihan lain.”
Dan gelandangan itu mendorongku. Aku terjerembab jatuh. Bau busuknya bukan main. Gorong-gorong itu segera tertutup dan kudengar gelandangan itu merebahkan diri di atasnya. Lampu sorot helikopter menembus celah gorong-gorong tapi tak cukup untuk melihatku. Kurabah senja dalam kantongku, cahayanya yang merah keemas-emasan membuat aku bisa melihat dalam kegelapan. Aku melangkah dalam gorong-gorong yang rupanya cukup tinggi juga. Kusibukkan kelelawar bergantungan yang entah mati entah hidup itu. Kulihat cahaya putih di ujung gorong-gorong. Air busuk mengalir setinggi lutut, namun makin ke dalam makin surut. Di tempat yang kering kulihat anak-anak gelandangan duduk-duduk maupun tidur-tiduran, mereka berserakan memeluk rebana dengan mata yang tidak memancarkan kebahagian.
Aku berjalan terus melangkahi mereka dan coba bertahan. Betapa pun ini lebih baik daripada harus menyerahkan senja Alina.
Di ujung gorong-gorong,di temapt cahaya putih itu, ada tangga menurun ke bawah. Kuikuti tangga itu. Cahaya semakin terang dan semakin benderang. Astaga. Kamu boleh tidak percaya Alina, tapi kamu akan terus membacanya. Tangga itu menuju ke mulut sebuah gua, dan tahukah kamu ketika aku keluar dari gua itu aku ada di mana? Di tempat persisi sama dengan tempat di mana aku mengambil senja itu untukmu Alina. Sebuah pantai dengan senja yang bagus:ombak,angin,dan kepak burung?tak lupa cahaya keemasan dan bias ungu pada mega-mega yang berarak bagaikan aliran mimpi. Cuma saja tidak ada lubang sebesar kartu pos. Jadi, meskipun persis sama,tapi bukan tempat yang sama.
Aku berjalan ke tepi pantai. Tenggelam dalam guyuran alam yang perawan. Nyiur tentu saja, matahari, dan dasat lautan yang bening dengan lidah ombak yang berdesis-desis. Tak ada cottage , tak ada barbeque, tak ada marina.
“semua itu memang tidak perlu. Senja yang bergetar melawan takdir membiaskan cahaya keemasan ke tepi semesta. Aku sering malu sendiri melihat semua itu. Alina, apakah semua itu mungkin diterjemahkan dalam bahasa?”
Sambil duduk di tepi pantai aku berpikir-pikir, untuk apakah semua ini kalau tidak ada yang menyaksikannya? Setelah berjalan ke sana ke mari aku tahu kalau dunia dalam gorong-gorong ini kosong melompong. Tak ada manusia, tak ada tikus, apalagi dinosaurus. Hanya burung yang terkepak, tapi ia sepertinya bukan burung yang bertelur dan membuat sarang. Ia hanya burung yang dihadirkan sebagai ilustrasi senja. Ia hanya burung berkepak dan berkepak terus disana. Aku tak habis pikir Alina, alam seperti ini dibuat untu apa? Untuk apa senja yang bisa membuat seseorang ingin jatuh cinta itu jika tak ada seekor dinosaurus pun menikmatinya? Sementara di atas sana orang-orang ribut kehilangan senja….
Jadi, begitulah Alina, kuambil juga senja itu. Kukerat dengan pisau Swiss yang selalu kubawa, pada empat sisinya, sehingga pada cakrawala itu terbentuk lubang sebesar kartu pos. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan aku melangkah pulang. Bumi berhenti beredar di belakangku, menjadi kegelapan yang basah dan bacin. Aku mendaki tangga kembali menuju gorong-gorong bumiku yang terkasih.
Sampai di atas, setelah melewati kalelawar bergantungan,anak-anak gelandangan berkaparan, dan air setinggi lutut, kulihat polisi-polisi helikopter sudah pergi. Gelandangan yang menolongku sedang tiduran di bawah tiang listrik sambil meniup saksofon.
Aku berjalan mencari mobilku. Masih terparkir dengan baik di supermarket. Nampaknya bahkan baru saja dicuci. Sambil mengunyah pizza segera kukebut mobilku menuju pantai. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan, lengkap dengan matahari,laut,pantai, dan cahaya keemasannya masing-masing, mobilku bagai memancarkan cahaya Ilhai. Sepanjang jalan layang, sepanjang jalan tol, kutancap gas dengan kecepatan penuh…
Alina kekasihku, pacarku, wanitaku.
Kamu pasti sudah tahu apa yang terjadi kemudian. Kupasang senja yang dari gorong-gorong pada lubang sebesar kartu pos itu dan ternyata pas. Lantas kukirimkan senja yang ?asli? ini untukmu, lewat pos.
Aku ingin mendapatkan apa yang kulihat pertama kali: senja dalam arti yang sebenarnya?bukan semacam senja yang ada di gorong-gorong itu.
Kini gorong-gorong itu betul-betul menjadi gelap Alina. Pada masa yang akan datang orang-orang tua akan bercerita pada cucunya tentang kenapa gorong-gorong menjadi gelap.Meraka akan berkisah bahwa sebenarnya ada alam lain di bawah gorong-gorong dengan matahari dan rembulannya sendiri, namun semua itu tida lagi karena seorang telah mengambil senja untuk menggantikan senja lain di atas bumi. Orang-orang tua itu juga akan bercerita bahwa senja yang asli telah dipotong dan diberikan oleh seseorang kepada pacarnya.
Alina yang manis, paling manis, dan akan selalu manis, Terimalah sepotong senja itu, hanya untukmu, dari seseorang yang ingin membahagiakanmu. Awas hati-hati dengan lautan dan matahari itu, salah-salah cahayanya membakar langit dan kalau tumpah airnya bisa membanjiri permukaan bumi.
Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia.

Kamis, 16 Maret 2017

Hujan Bulan Juni


Hujan Bulan Juni
Oleh : Sapardi Djoko Damono
tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Senin, 13 Maret 2017

Artikel tentang Kebudaya Jawa

Artikel tentang kebudayaan jawa
Wayang Kulit
    Wayang kulit iku salah sawijining pagelaran wayang ingkang mbabaraké lakon mahabharata utawa ramayana sing wayangé digawé saka kulit. Jinising wayang iki kang paling disenengi ing Tanah Jawa. Wayang iki digawé saka kulit kang ditatah lan diéntha kaya déné manungsa. Umumé wayang kulit nglakonaké lakon Wayang Purwa, nanging ana uga kang nganggo Crita Menak lan Babad Tanah Jawa, crita agama (Kristen, Buddha), perjuwangan, lan manéka warna crita liyané.Wayang kulit dilakokaké ing layar putih kang sinebut kelir. Déné wayang-wayang kuwi ditancepaké ing debog ana ing sisih tengen lan kiwané dhalang. Gamelan kang ana ing sisih mburi ngiringi pagelaran iki. Pagelaran wayang wis diakoni déning UNESCO ing tanggal 7 November 2003, dadi karya kabudayan kang édi péni ing babagan crita dongéng lan warisan kang berharga banget (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Suwaliké, UNESCO nyuwun supaya Indonesia njaga (preserve) warisan kuw


Panyebaran
    Wayang iki ora mung sumebar ing Jawa waé, nanging uga ing tlatah liya ing Nuswantara. Wayang kulit sumebar ing tanah Jawa lan uga pérangan liya ing Nusantara, nanging wayang iki luwih disenengi dening wong Jawa Tengah lan saperangan Jawa Wétan. Ing antarané panggonan siji lan liyané duwé gagrag dhéwé-dhéwé, sing paling gedhé yaiku Gagrag Ngayogyakarta lan Gagrag Surakarta. Gagrag Banyumas lan Gagrag Pesisiran uga kondhang ing tlatahé dhéwé.Ing jaman saiki, pagelaran wayang antuk owah-owahan. Campursari lan dhagelan mlebu ing antarané pagelaran mau. Amarga wayang uga wis mlebu dadi acara televisi, suwéné pagelaran kang asliné sewengi bisa dikurangi dadi sawetara jam waé.Wayang kulit uga asring sinebut wayang purwa. Sumber caritané yaiku saka kitab Mahabharata lan Ramayana kang ditulis déning Mpu Sedah, Mpu Panuluh, lan Mpu Kanwa.


Panggawéné wayang
    Wayang kulit umumé digawé saka bahan kulit kebo sing wis diprosès dadi kulit lembaran, saben siji paraga wayang mbutuhaké watara ukuran 50 x 30 cm kulit lembaran sing banjur ditatah nganggo piranti arupa wesi lancip. Wesi waja iki digawé luqih dhisik kanthi manéka wangun lan ukuran, ana sing lancip, pipih, cilik, gedhé lan wangunliyané sing nduwèni fungsi béda-béda.Wosé piranti mau kanggo gawé manéka bolongan ukiran ana ing lembaran wayang. Sabanjuré dipasang pérangan awak liyané ya iku tangan. Tangan wayang dumadi saka rong pérangan ya iku lengen dhuwur lan ngisor, saéngga tangan bisa diobahaké niru obahing tangan manungsa. Gagang wayang digawé saka bahan sungu kebo utawa sapi. Tangan wayang uga diwènèhi gagang supaya dhalang bisa ngobahaké tangan wayang kasebut.
v  Pesan moral: kita sebagai generasi muda penurus bangsa kudu ngajani,njaga,
Lan ngelestarina budaya bangsa kita,supaya kekayaan budaya bangsa kita ora di rampas kale bangsa liya. Kita kudu bangga karo budaya kita dewe,ora karo budaya liya,seng isok ngerusak moralitas bangsa,yen kita kudu pada-pada ngajeni budaya siji kale liyane.

Sumber :  https://laylatoennisroh.wordpress.com/artikel/artikel-tentang-kebudayaan-jawa/