REPUBLIKA.CO.ID,
AUSTRALIA -- Serikat pekerja daging Australia mengemukakan bahwa ada ribuan
pekerja Taiwan yang bekerja di rumah jagal Australia yang tidak membayar pajak.
Bahkan, mereka dipaksa bekerja dengan bayaran rendah dan didorong untuk tidak membayar
pajak. Mereka juga mengaku dilecehkan. Para pekerja muda ini bekerja dengan
menggunakan visa working holiday di perusahaan-perusahaan besar Australia,
seperti Primo, dan dipekerjakan melalui agen-agen khusus.
Menurut Serikat Pekerja
Industri Daging Australasia, mereka diperdaya dan juga menggantikan banyak
pekerja-pekerja lokal. Primo menolak tuduhan bahwa pekerja-pekerja asing
tersebut disuruh tak membayar pajak. Robert Baker, yang telah bekerja di
industri daging selama 20 tahun, berkata Ia mengkhawatirkan keadaan mantan
rekan-rekan kerjanya yang berasal dari Taiwan. Ia sempat bekerja selama tiga
bulan di sebuah tempat pemrosesan daging
milik Primo di kota Scone, New South Wales, namun berhenti karena alasan
keselamatan. Menurut ceritanya, tempat tersebut banyak mempekerjakan orang
asing, dan para pekerja asing tersebut dibayar rendah, bahkan diperlakukan tak
baik.
Menurut serikat pekerja
daging, Primo menggunakan perusahaan khusus untuk mempekerjakan backpacker
Asia. Salah satunya adalah Scottwell International, yang merekrut banyak
pekerja muda Taiwan melalui berbagai perusahaan perekrutan pekerja. Ian Tam
dipekerjakan oleh serikat sebagai petugas penghubung Taiwan. Ia menyamar
sebagai orang yang mencari pekerjaan melalui Scottwell. Menurut Tam, para
backpacker didorong untuk tidak membayar pajak, dengan cara menggunakan nomor
bisnis Australia (ABN).
"Saya
[berpura-pura] menjadi backpacker pencari kerja. Saya diberi formulir,
diwawancara sebentar dan ditanya 'bisa kerja sekarang?' Mereka akan beri banyak
formulir, termasuk formulir ABN. Bila ditanya 'bagaimana dengan nomor pembayar
pajak? Mereka bilang 'Tidak usah pikirkan itu - kamu tak harus bayar pajak.
Kamu bisa mendapat uang dengan ABN," ceritanya,
"Kalau tidak menandatanganani dokumen tersebut, anda tak
akan mendapat pekerjaan itu."
Direktur Scottwell,
Scott Zu Neng Shi, tidak dapat berbicara dengan ABC, dan Primo menolak
pernyataan bahwa para pekerjanya didorong agar tak membayar pajak. Selain itu,
Primo mengaku tidak mempekerjakan seorang di bawah visa working holiday (417). Sementara
itu, lebih dari 75 pekerja tempat pemrosesan daging di Scone telah
menandatangani petisi yang menuduh seorang supervisor rumah jagal melakukan
pelecehan seksual. Dalam petisi tersebut dinyatakan bahwa "Ia menyentuh
bagian tubuh seperti tangan, bahu, pinggang, muka, dan mana saja. Itu membuat
kami merasa tak nyaman dan menjijikkan karena Ia supervisor dan agen kami, kami
takut mengatakan apapun karena takut kehilangan pekerjaan kami." Menurut
Tan, para pekerja mengaku supervisor tersebut melecehkan mereka tiap hari. Primo
merilis pernyataan bahwa mereka akan menanggapi secara serius laporan apapun
tentang pelecehan.
Sumber
: http://www.republika.co.id/berita/internasional/abc-australia-network/14/03/08/n234tu-pekerja-asal-taiwan-di-australia-mengaku-dibayar-rendah
Sabtu , 08 March 2014, 20:55 WIB
Bedasarkan teori Marx, maka konflik sosial yang terjadi pada
arikel tersebut sesungguhnya merupakan konflik yang berlatar kesenjangan
ekonomi, antara kelas yang dianggap berkuasa dan kelas yang terpojokan. Marx
membagi kelas dibagi menjadi 2 yaitu :
- kelas kapitalis (borjuis) yang memiliki alat-alat produksi.
- kelas buruh (proletar) yang tidak memiliki alat-alat produksi, ruang kerja, maupun bahan-bahan produksi.
Dimana
Primo sebagai pihak yang memiliki alat-alat produksi (borjuis) dan pemuda
Taiwan sebagai pihak yang tidak memiliki alat-alat produksi, ruang kerja,
maupun bahan-bahan produksi buruh. Hak-hak kaum buruh dikuasai oleh kaum
borjuis sehingga pelecehan seksual bisa terjadi, ini karena bila mereka melawan
maka kaum buruh akan kehilangan pekerjaan. Dalam sistem kapitalis, kaum buruh dan
pemilik modal memang saling membutuhkan. Buruh hanya dapat bekerja jika pemilik
modal membuka tempat kerja. Pemilik modal membutuhkan buruh untuk mengerjakan
kegiatan usahanya. Akan tetapi, ketergantungan ini tidak seimbang. Buruh tidak
dapat bekerja jika pemilik modal tidak memberikan lapangan pekerjaan, tetapi
pemilik modal masih bisa hidup tanpa buruh karena ia bisa menjual pabriknya
kepada orang lain.
Dapat dikatakan bahwa kaum buruh adalah kelas yang
lemah, sedangkan kaum pemilik modal adalah kelas yang kuat. Pembagian
masyarakat dalam kelas atas dan kelas bawah merupakan ciri khas masyarakat
kapitalis. Hubungan antarkelas tersebut pada hakikatnya merupakan hubungan
eksploitasi.
Teori
konflik Marx menerima juga kenyataan terdapatnya saling ketergantungan itu
dalam kehidupan sosial, namun secara umum Marx melihat bahwa adanya saling
ketergantungan tersebut, sesungguhnya merupakan rekayasa dari mereka yang
menguasai sumber-sumber daya agar kemauannya terhadap orang lain diikuti.
Karena kendali mereka terhadap berbagai sumber daya itu, mereka yang berada
pada suatu posisi dominan mampu memberikan jaminan bahwa tindakan orang lain
dipastikan memberikan kontribusinya dalam mempertahankan struktur dimana mereka
berkuasa. Singkatnya, yang ada hanyalah faktor-faktor kepentingan dari mereka
yang berada pada posisi dominan dan bukan nilai-nilai yang dianut bersama oleh
semua anggota sistem tersebut, menjelaskan pola-pola saling ketergantungan yang
ada.
0 komentar:
Posting Komentar